Rabu, 02 Januari 2008

BERSYUKUR, MENGHARGAI BERKAH DAN BERSUKACITA

Dengan rasa syukur segala kekurangan menjadi
kecukupan.
Segala ketidak-lancaran menjadi pelajaran.
Dan segala penderitaan adalah kebahagiaan ...

Hidup yang paling menderita adalah hidup yang tidak mengenal rasa syukur, menghargai berkah sehingga tak mampu bersukacita. Sesungguhnya ketika kita mulai membenci hidup kita dan menyalahkan segalanya kepada orang-orang di sekeliling kita, maka saat itu juga kita telah tak mampu mensyukuri hidup kita.

Bagaimana bisasa berbahagia dan bersukacita di dalam hidup jikalau kita tidak mampu bersyukur dan menghargai berkah? Ketika kita tak mampu hidup dengan rasa syukur, menghargai berkah dan bersukacita maka jelas kita pun telah gagal mencintai hidup kita.

Padahal Tuhan telah memberi yang terbaik kepada kita. Hanya saja kita lebih suka menuntut dan tak puas sehingga kita selalu merasa kekurangan di dalam kelebihan yang kita miliki. Mengapa kita tidak mencoba belajar bersyukur, menghargai berkah dan bersukacita sehingga kita bisa belajar mencintai hidup kita? Bagaimanapun hidup adalah sebuah anugerah yang sepatutnya disyukuri dan dihargai. Menyia-nyiakannya berarti membuang kebahagiaan yang seharusnya bisa kita miliki. Belajarlah mencintai hidup dengan bersyukur, menghargai berkah dan bersukacita sebab itu berarti kita telah mengasihi Tuhan dan diri kita sendiri.

Singkat kata, selalu ada banyak cara dan kemungkinan bagi kita untuk bersedih hati. Tetapi ada lebih banyak jalan bagi kita untuk bersukacita dan berbahagia. Lalu mengapa kita tidak mencoba untuk bersukacita sekarang juga dan pada momen ini juga dengan bersyukur sekaligus menghargai berkah dan apapun yang telah kita miliki? Kiranya ilustrasi cerita berikut bisa membuka hati kita untuk senantiasa berbahagia lewat rasa syukur atas segala yang telah kita miliki.

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh mewah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata pada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan," katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..."

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. "Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar tiga halaman ... Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir ....

"Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya. "Oh ... tidak, lanjutkan ..., "jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia "Sekarangan gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang ...".

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerima apa adanya ... Ia menunduk dan menangis ...

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depresi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita? Kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

(Sumber : Cetivasi)

Tidak ada komentar: