Kamis, 24 Januari 2008

WHAT IS BUDDHISM ?


1. IS BUDDHISM A RELIGION ?
@ Buddhism is neither a religion nor not a religion.

2. WHAT IS BUDDHISM ?
@ Buddhism is the teachings of Buddha. It shows humanity how to avoid suffering, attain happiness, unfold our wisdom, become enlightened and in this way benefit self and others.

3. WHO IS BUDDHA ?
@ Shakyamuni Buddha. He was born Prince Siddartha in Lumbini near Kapilavathu, northern India, (present day Nepal) about 2,500 years ago. He attained the Supreme Enlightenment and thus became the "Awakened One".
He was born in this world because humanity needs a teacher of the Truth - the natural order of all things in the universe.

4. WHAT IS THE MEANING OF THE WORD "BUDDHA"?
@ It means "Awakened One".

5. WHAT ARE BUDDHA'S TEACHINGS ?
@ Buddha teaches one to be free from all illusions and to view things as they truly are. He teaches one to avoid all evils, do all that are good, and to purify one's mind.

6. DO BUDDHISTS BELIEVE IN GOD ?
@ If the meaning of God is one who is the creator of all things, then Buddhism neither shares this belief nor teaches this concept.

7. WHY DO BUDDHIST PRACTICE BUDDHISM ?
@ They do so because they wish to avoid suffering and attain happiness, unfold their wisdom, eradicate their undesirable conduct, seek liberation and lessen the hindrances of their negative Karma.

8. WHAT IS KARMA ?
@ Karma are actions created by one's body, speech and mind. There are two kinds of karma - virtuous karma and evil karma.
9. HOW DO BUDDHISTS PRACTICE BUDDHISM ?
@ Buddhists practice Buddhism by Being With Buddha at all times in the course of their daily lives, because Buddha is compassionate, wise, has eradicated all evils and cultivated all that are good, and the Buddha mind is calm and pure.

10. WHY DO BUDDHISTS WORSHIP THE IMAGE OF BUDDHA ?
@ Buddhists do not worship Buddha. The image of the Buddha is to enable Buddhists to pay their respects to the great teacher, Buddha.
Since the Buddha has great compassion, wisdom and a pure mind, the image of Buddha also serves to remind Buddhists to remember, learn and emulate these virtuous qualities.

11. WHAT IS A BODHISATTVA ?
@ An awakened being, who has feelings, enlightens self and others, and benefits self and others.
A Bodhisattva can become a Buddha through observing the six Paramitas (Giving, observing the Precepts, endurance under insults, zeal and progress, meditation on Zen & Samadhi, wisdom), but vows to remain in the realm of incarnation to save others.

12. WHAT DOES "THREE TREASURES" MEAN ?
@ The Dharma is taught by all Buddhas of the past, present and future. If not for the sublime and wonderful teachings of the Buddhas, all sentient beings will never be able to receive the benefits of the Dharma.
If not for the selfless efforts of the great past, present and future Bodhisattvas and Sangha who shoulder the responsibility of spreading the Dharma and continuing the Buddha – wisdom life, it would not be possible for the Dharma to remain in this world for long.
The "Buddha" who is capable of expounding on the Dharma, the "Dharma" that is expounded by the Buddha, and the "Sangha", the community of monks and nuns spreading the Dharma, are of value which cannot be measured with money.
They are therefore called "treasures" and, the Buddha, the Dharma and the Sangha are called the Three Treasures.

13. WHAT ARE THE "FIVE DESIRES" ?
@ The five desires arise from the objects of the five senses: things seen, heard, smelled, tasted or touched. They also refer to the five desires of wealth, sex, food and drink, fame and sleep.

14. WHAT DOES "ROOT" MEAN IN BUDDHISM ?
@ Root means a source which is capable of producing or growing something. The six – sense organs of a human being, namely, eye, ear, nose, tongue, body and mind, are the six roots.
Through these six roots, the distinguishing senses of sight, hearing, smell, taste, touch and thoughts are produced.

Sabtu, 12 Januari 2008

BERJALAN BERSAMA KEHIDUPAN

Hingar bingar kenderaan bagai alunan musik kehidupan
Bising dan hening silih berganti,
laksana untaian melodi kehidupan yang tak pernah putus.
Hidup memang terlalu indah untuk disketsa begitu saja.

Kalaulah hidup diibaratkan sebuah alat musik,
Maka mainkanlah sepenggal musik yang paling indah dan bermakna,
Demi menghargai hidup yang begitu indah ini.
Nyanyikan juga kidung yang terindah,
Demi melengkapi dan memaknai hidup yang terlalu
berharga ini ...

Ada sebuah pepatah yang sangat bagus untuk disimak dan dijadikan pedoman dalam hidup ini. Bahwa kalau besok bukanlah milik kita, apa yang harus kita lakukan hari ini? Kalau kita tahu kita sama sekali tidak lagi memiliki sebuah hari esok pasti kita akan segera berbuat yang terbaik pada hari ini, bukan begitu? Kita tak akan berani lagi menyia-nyiakan hidup ini. Kita tak akan membiarkan hari ini berlalu dengan begitu saja tanpa melakukan sesuatu yang bermakna untuk sesama maupun diri sendiri. Kita tak akan lagi berani merusak hidup kita dengan segala perbuatan yang melanggar Hati Nurani. Tegasnya, kita akan lebih menghargai setiap detik, menit dan jam dalam hidup kita.

Mungkin ilustrasi cerita berikut bisa membangkitkan motivasi di dalam diri kita. Bahwa kita hendaknya senantiasa menghargai hidup yang kita miliki ini. Bahwa selama ini kita sudah terlalu sering membiarkan hidup kita berlalu dengan sia-sia dan tanpa arti. Karena kita telah lupa apa yang terpenting di dalam hidup ini. Karena kita telah lalai menikmati dan menghargai hidup yang kita miliki ini. Akhirnya ketika hidup kita sudah di ambang kematian, kita baru menyadari bahwa ternyata kita sudah salah langkah di dalam hidup kita. Dan apa yang telah kita lakukan selama ini hanyalah sia-sia dan tiada bermakna. Ketika kita telah menyadari apa yang terpenting dan semestinya kita lakukan di dalam hidup ini, kita telah terlambat untuk memulai bahkan untuk melakukannya sekalipun. Pada saat ini hanyalah penyesalan yang ada ketika kita menoleh ke belakang, pada apa yang telah kita lakuakn di dalam hidup ini. Maukah kita menjadi orang yang menyesal di kemudian hari seperti itu? Hanya karena kita tidak pernah mencintai hidup kita dengan semestinya sekaligus tak pernah berbuat sesuatu yang bermakna untuk hidup ini.

Dulu ada seorang Kaisar yang mengatakan pada salah seorang penunggang kudanya, jika dia bisa naik kuda dan menjelajahi daerah seluas apapun, Kaisar akan memberikan kepadanya daerah seluas yang bisa dijelajahinya. Kontan si penunggang kuda itu melompat ke punggung kudanya dan melesat secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin.

Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti karena dia ingin menguasai dataran seluas mungkin. Akhirnya, sampailah dia pada suatu tempat di mana cukup luas daerah telah berhasil dijelajahinya, dan dia menjadi begitu kelelahan dan hampir mati. Lalu dia berkata kepada dirinya sendiri, "Mengapa aku memaksa diri begitu keras untuk menguasai daerah yang begitu keras untuk menguasai daerah yang begitu luas? Sekarang aku sudah sekarat, dan aku hanya butuh tempat yang begitu kecil untuk menguburkan diriku sendiri."

Cerita ini mirip dengan perjalanan hidup kita. Kita memaksa diri begitu keras tiap hari untuk mencari uang, kuasa, dan keyakinan diri. Kita mengabaikan kesehatan kita, waktu kita bersama keluarga, dan kesempatan mengagumi keindahan sekitar, hal-hal yang ingin kita lakukan, dan juga kehidupan rohani kita. Suatu hari ketika kita menoleh ke belakang, kita akan melihat betapa kiat tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi kita tak mampu memutar mundur waktu, atas semua yang tidak sempat kita lakukan. Maka, sempatkanlah untuk memikirkan barang sejenak apa yang akan kita lakukan apabila kita mati besok. Atau apa yang akan kita lakukan jika kita meninggal dalam waktu seminggu? Sebulan? Setahun? Sepuluh Tahun? 40 Tahun lagi? Bukankah suatu hal yang menyenangkan sekaligus menyeramkan mengetahui kapan kita akan mati? Cuma yaitu -- kita tidak tahu, kita semua tidak ada yang tahu ... Jalanilah hidup yang seimbang - Belajarlah untuk menghormati dan menikmati kehidupan, dan yang terutama : Mengetahui apa yang TERPENTING dalam hidup ini.

Jadi apa yang terpenting di dalam hidup ini? Ketika kita bisa menghargai hidup dan kehidupan pemberian Tuhan kepada kita ini sekaligus hidup di dalam iman yang sejati kepada Tuhan. Ketika kita bisa mengisi hidup ini dengan kasih, rasa syukur, menghargai berkah dan bersukacita. Ketika kita bisa berkorban tanpa pamrih dan memberikan pelayanan kepada sesama terutama kepada Tuhan. Ketika kita bisa menerima sesama juga diri sendiri serta mengaplikasikan Hati Nurani di setiap segi kehidupan kita tanpa pernah lupa bertobat sekaligus memperbaiki diri menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ketika kita bisa menikmati hidup ini dengan wajar dan leluasa sekaligus bisa memanfaatkan setiap sebab jodoh dan kondisi hidup ini apapun bentuknya dengan arif dan bijaksana atas nama kasih. Tidak menolak kehidupan tetapi tidak pula terhanyut di dalamnya. Senantiasa arif dan penuh welas asih menjalani kehidupan sesuai kehendak Tuhan dan Hati Nurani.

Berjalan bersama kehidupan, mengalir bersama kehidupan adalah salah satu cara kita mencintai hidup kita. Tidak begitu saja membiarkan diri kita terseret oleh aliran kehidupan, atau hanyut tenggelam oleh arus kehidupan yang kadang naik-turun. Tetapi kita senantiasa siaga dan arif berjalan dan mengalir bersama kehidupan dengan mendayagunakan hidup ini sebaik-baiknya, berbuat sesuatu yang bermakna dan tidak mengingkari Hati Nurani. Kita senantiasa berupaya untuk berkata pada diri kita sendiri, bahwa kita sangat mencintai hidup anugerah Tuhan kepada kita ini. Karena itu kita tak sekalipun mau menyia-nyiakan begitu saja.

Mencintai hidup kita dan diri kita bukan dengan membiarkan diri kita terhanyut oleh arus gelombang kehidupan yang membawa kita menjauhi Hati Nurani. Melainkan mencintai hidup kita dengan tidak sekalipun membiarkan hidup kita dikotori oleh perbuatan ataupun sikap yang membelakangi Hati Nurani dan kehendak Tuhan. Kita senantiasa menegaskan kepada diri kita sendiri untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bertobat dan memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyelamatkan sesama selanjutnya menjadi misi terpenting di dalam hidup kita, sehingga kita tak sekalipun membiarkan waktu yang kita miliki berlalu begitu saja tanpa menunaikan misi Hati Nurani tersebut.

Setiap momen senantiasa menganalisa diri sendiri untuk tidak pernah meracuni diri dan hidup yang kita miliki ini dengan amarah, kebencian, keegoisan, keserakahan, kebodohan dan kesesatan. Sebaliknya hanya perilaku yang sejalan dengan Hati Nurani lah yang kita lakukan tanpa lupa beriman dan bersandar kepada Tuhan. Dengan demikian hidup yang kita sketsa di dunia bukan lagi sebuah drama tragis atau sepotong fragmen kosong yang sia-sia dan tanpa arti. Melainkan kita telah mengukir sejarah kehidupan yang paling bermakna dan indah di dunia ini. Dan semua itu hanya akan terwujud apabila kita mulai belajar mencintai hidup kita, sekarang juga, pada momen ini juga!

Rabu, 02 Januari 2008

BERSYUKUR, MENGHARGAI BERKAH DAN BERSUKACITA

Dengan rasa syukur segala kekurangan menjadi
kecukupan.
Segala ketidak-lancaran menjadi pelajaran.
Dan segala penderitaan adalah kebahagiaan ...

Hidup yang paling menderita adalah hidup yang tidak mengenal rasa syukur, menghargai berkah sehingga tak mampu bersukacita. Sesungguhnya ketika kita mulai membenci hidup kita dan menyalahkan segalanya kepada orang-orang di sekeliling kita, maka saat itu juga kita telah tak mampu mensyukuri hidup kita.

Bagaimana bisasa berbahagia dan bersukacita di dalam hidup jikalau kita tidak mampu bersyukur dan menghargai berkah? Ketika kita tak mampu hidup dengan rasa syukur, menghargai berkah dan bersukacita maka jelas kita pun telah gagal mencintai hidup kita.

Padahal Tuhan telah memberi yang terbaik kepada kita. Hanya saja kita lebih suka menuntut dan tak puas sehingga kita selalu merasa kekurangan di dalam kelebihan yang kita miliki. Mengapa kita tidak mencoba belajar bersyukur, menghargai berkah dan bersukacita sehingga kita bisa belajar mencintai hidup kita? Bagaimanapun hidup adalah sebuah anugerah yang sepatutnya disyukuri dan dihargai. Menyia-nyiakannya berarti membuang kebahagiaan yang seharusnya bisa kita miliki. Belajarlah mencintai hidup dengan bersyukur, menghargai berkah dan bersukacita sebab itu berarti kita telah mengasihi Tuhan dan diri kita sendiri.

Singkat kata, selalu ada banyak cara dan kemungkinan bagi kita untuk bersedih hati. Tetapi ada lebih banyak jalan bagi kita untuk bersukacita dan berbahagia. Lalu mengapa kita tidak mencoba untuk bersukacita sekarang juga dan pada momen ini juga dengan bersyukur sekaligus menghargai berkah dan apapun yang telah kita miliki? Kiranya ilustrasi cerita berikut bisa membuka hati kita untuk senantiasa berbahagia lewat rasa syukur atas segala yang telah kita miliki.

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acara pernikahannya sungguh mewah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata pada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan," katanya sambil menyodorkan majalah tersebut.

"Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia..."

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. "Aku akan mulai duluan ya", kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar tiga halaman ... Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir ....

"Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya. "Oh ... tidak, lanjutkan ..., "jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia "Sekarangan gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu".

Dengan suara perlahan suaminya berkata "Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang ...".

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerima apa adanya ... Ia menunduk dan menangis ...

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depresi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan.

Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita? Kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

(Sumber : Cetivasi)